Gopay VS OVO

HidupMalam – Siapakah yang belum punya dompet digital? Dompet Digital adalah aplikasi elektronik yang berfungsi sebagai pembayaran cashless a.k.a non tunai. Bisa digunakan untuk pembayaran offline dan online. Jika masih belum paham, Gopay, OVO, Dana dan LinkAja adalah contohnya. Paham kan jika sudah ada contohnya. Dua nama pertama adalah pemain terbesar dompet digital di Indonesia, yang mungkin sudah menguasai sekitar 80% pangsa pasar dompet digital di Indonesia.

Jadi mari kita bahas dua petarung utama dompet digital di Indonesia ini.

GOPAY 

Dompet digital yang menjadi satu dengan aplikasi Gojek ini adalah yang paling populer di Indonesia. Setidaknya sebelum OVO meramaikan persaingan dompet digital di indonesia. Gopay berawal opsi pembayaran layanan ride sharing di Gojek. Setelah itu perlahan gopay menggurita seiring  dengan bertambahnya berbagai layanan yang hadir di Gojek.
Dari layanan Go-Food, Gojek menggandeng ribuan merchant untuk bergabung. Tentunya Gopay juga menjadi pilihan pembayaran bagi pengguna. Ditambah lagi berbagai toko online juga bisa menggunakan gopay sebagai pembayaran. Hal ini tentu membuat gopay bisa mempertahankan ataupun menambah pengguna.
Selain itu, melihat dana dari investor yang mengucur deras untuk gojek, nampaknya promo yang dihadirkan masih bisa bertahan. Gojek juga sudah sedikit mengurangi bakar-bakar uang dengan membenbankan biaya bagi pengguna yang top-up gopay. Walaupun tidak besar, namun jika jumlah transaksi top up dikali jumlah pengguna, ya besar juga uangnya. Setidaknya menambah uang untuk yang dibakar untuk promo.

 OVO

Berbeda dengan Gopay yang menjadi satu dengan aplikasi induknya, Gojek. Awalnya OVO adalah dompet digital yang berdiri sendiri. Berawal dari pembekuan GrabPay karena belum memiliki izin dari BI, OVO masuk menjadi pengganti GrabPay. Promo gila dengan hanya membayar Rp 1 untuk layanan GrabBike dan GrabCar, membuat pengguna grab tentunya langsung berbondong-bondong menggunakannya.
Tokocash yang bernasib sama dengan GrabPay juga membuat Tokopedia bekerja sama dengan OVO. Dengan pasar yang sudah terbentuk dari dua unicron tersebut, tak sulit bagi OVO untuk menabuh genderang perang pada Gopay. Belum lagi ada nama Lippo Group yang ada di balik OVO, membuat promo sepertinya  tak akan berhenti memanjakan pengguna . Jadi tak butuh waktu lama bagi OVO untuk menjadi pesaing utama Gopay.
Perbedaan yang paling ketara antara gopay dan OVO adalah sistem saldo di dalamnya. Jika di Gopay hanya ada satu saldo, di OVO ada OVO Cash dan OVO Point. OVO cash berfungsi sebagai saldo utama, sedangkan OVO points sebagai tempat cashback diterima dari berbagai promo. Mungkin fungsinya sama seperti sekat dalam dompet konvensional.  Karena sebenarnya OVO Point juga dapat digunakan bersamaan dengan OVO Cash.

Jika ditanya siapa yang akan menang , saya akan memilih OVO walaupun saya adalah pengguna Gojek. Karena jelas OVO punya 2 unicron sebagai sekutu, sedangkan Gopay hanya punya Gojek.  Lalu Grab yang juga pemegang saham OVO, berencana membeli mayoritas saham Dana. Setelah itu memerger OVO dengan Dana, yang artinya OVO juga akan memegang pasar Bukalapak “Rencana Grab Merger OVO Dan Dana”. Nah, jadi 3 vs 1 jika itu benar-benar terjadi.

Jika Gojek lebih jeli, seharusnya mereka sudah sejak dulu bekerja sama dengan unicron lain seperti Bukalapak dan Traveloka. Mungkin Gojek sudah nyaman karena merasa menjadi raja dompet digital di indonesia selama ini. Sama seperti kalian yang sudah merasa nyaman dengan dia, padahal belum ada kejelasan hubungan.

(Hm/scc)

sumber : sini

Join Komunitas HidupMalam dengan klik link dibawah

>> HidupMalam Community

>> Facebook HidupMalam

>> Facebook HidupMalam Group

>> Twitter HidupMalam

>> Linkedin HidupMalam

>> Tumblr HidupMalam

>> Telegram HidupMalam

>> Instagram HidupMalam